Peluang Usaha

Menentukan Nilai Ekonomis Bididaya Sapi

on Tuesday, November 9, 2010

Budidaya sapi memberikan beberapa keuntungan ekonomis yang tentunya mampu memberikan semangat bagi kita untuk menggeluti bidang ini. Dengan mengetahui nilai ekonomisnya, maka kita bisa menentukan target nilai mana yang akan kita manfaatkan. Apakah akan mengambil manfaat dari daging ataukah susu, misalnya. Atau bahkan kita bisa melakukan kombinasi nilai ekonomis tersebut secara terpadu sehingga mampu memberikan keuntungan secara optimal. Nah, itu adalah pilihan.
Secara umum dapat dikatakan nilai ekonomis budi daya sapi tersebut di antaranya adalah :
1.         Ternak potong. Nilai ekonomis ini merupakan yang paling utama karena merupakan muara dari semua pemeliharaan sapi, entah jenis sapi penghasil susu, pembajak sawah  ataukah sapi potong itu sendiri. Namun demikian, mutu daging yang paling bagus tetap berasal dari sapi yang memang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristik yang dimilikinya, misalnya pertumbuhannya yang lebih cepat. Sapi-sapi inilah yang dijadikan sapi bakalan, yang dilakukan budidaya secara intensif selama beberapa waktu sehingga pada akhirnya akan memberikan pertumbuhan dan bobot yang optimal. Beberapa jenis sapi yang memang cocok untuk dijadikan bakalan antara lain : Peranakan Ongole (PO), Sapi Bali, sapi Madura, Simetal dan Brahman. Untuk melakukan usaha budidaya penggemukan sapi, ada yang dilakukan secara koloni oleh kelompok ternak sapi, seperti yang dilakukan oleh kelompok ternak sapi “Andhini Rahayu di Kampung Betakan Sumberrahayu Moyudan Sleman Yogyakarta” dengan anggota sebanyak 30 peternak. Hal ini terutama cocok untuk peternak yang memiliki kemampuan permodalan secara terbatas maupun bagi pemula. Sementara itu bila akumulasi modal cukup besar, bisa melakukan budidaya dengan menyewa lahan yang lebih luas. Saat ini rata-rata harga per kilogram daging sapi dijual Rp60.000,00  di pasar. Bahkan dalam waktu-waktu tertentu seperti mendekati harai raya Idul Fitri bisa mencapai Rp80.000,00 per kg.
2.         Penghasil Susu. Sapi jenis FH (Frisien Holstein) merupakan salah satu jenis sapi penghasil susu dengan kapasitas produksi per hari mencapai 20 liter. Umumnya daerah yang cocok untuk budidaya sapi ini di kawasan yang berhawa lebih sejuk, misalnya di lereng pegunungan seperti  Pakem, Turi, Cangkringan (Sleman) dan Boyolali maupun Pengalengan di Bandung. Harga per liter susu sapi ini mencapai Rp2.000,00 – Rp4.000,00.
3.         Tenaga Kerja. Umumnya zaman dulu sapi-sapi diberdayakan untuk menjadi tenaga kerja membajak sawah maupun menarik pedati. Walaupun demikian, saat ini masih terdapat beberapa daerah yang memang belum bersentuhan dengan teknologi memanfaatkan sapi untuk dipekerjakan. Menurut catatan, memang sawah yang dibajak dengan sapi atau kerbau memiliki kualitas tanah yang lebih baik daripada traktor misalnya, namun membutuhkan waktu penyelesaian yang lebih lama dan cenderung kurang praktis. Di Madura, bahkan terdapat lomba karapan sapi, untuk tetap melestarikan fungsi sapi sebagai pembajak sawah.
4.         Penghasil pupuk kandang. Dalam setahun, rata-rata sapi mampu menghasilkan kotoran sebanyak 7,5 ton. Bila diolah menjadi kompos mampu menghasilkan kurang lebih 5 ton pupuk siap pakai. Harga per kg kompos di pasaran bisa mencapai Rp500,00 – Rp1.000,00. Daerah-daerah seperti Wonosobo dan Temanggung di Jawa Tengah merupakan daerah yang paling banyak membutuhkan pupuk kompos ini guna mendukung lahan sayuran di kawasan Dieng. Namun, belum banyak peternak yang memanfaatkan pupuk kandang ini secara ekonomis karena sebagian besar kotoran sapi ini hanya dibiarkan teronggok. Permintaan pupuk kompos cenderung meningkat seiring dengan tuntutan masyarakat untuk lebih menggalakkkan tanaman organik. Seekor sapi  bisa menghasilkan 2,07 m³ biogas perhari atau setara dengan 0,85 kilogram elpiji atau 1,28 liter minyak tanah. Bisa dibayangkan manfaat energi tersebut, yang tidak hanya dimanfaatkan untuk penerangan listrik namun bisa juga digunakan untuk memasak tanpa ada bau kotoran sapi.
5.         Penentu status sosial. Di beberapa daerah, seperti Nusa Tenggara dan Madura serta sebagian kecil kawasan pedesaan di Jawa kepemilikan jumlah sapi menentukan status sosial yang bersangkutan mengingat harga sapi yang relatif tinggi.
6.         Penghasil bahan baku industri. Kulit sapi merupakan salah satu bahan untuk industri tas, sepatu, ikat pinggang dan jaket. Selain itu, kulit sapi juga dimanfaatkan untuk industri krecek. Harga kulit sapi basah bisa mencapai Rp18.000,00 per kg.
Bila bisa diupayakan secara terintegrasi niscaya budidaya sapi mampu memberikan keuntungan optimal, sehingga peternak tidak lagi diimajinasikan sebagai kelompok marjinal walaupun sampai dengan saat ini memang pemerintah belum sepenuhnya berpihak kepada peternak. 


        Salah satu peternakan sapi yang dikelola secara intensif


1 comments:

Beta said...

Sangat menguntungkan ya budidaya pembesaran sapi disaat musim hujan seperti sekarang ini.

Post a Comment