Peluang Usaha

Cara Menghitung Kekayaan Bersih

on Wednesday, November 3, 2010


Kita sudah bekerja bertahun-tahun dengan membanting tulang menguras keringat kadang terselip juga cucuran air mata. Bekerja memang untuk menghidupi diri, keluarga dan sebagian kita sisihkan untuk menyucikan harta kita. Namun yang harus disadari pula, bahwa pendapatan yang kita peroleh dari bekerja, sebagian harus diinvestasikan kembali dalam berbagai instrumen sesuai dengan profil resiko kita.
Nah, kadangkala kita terlena dengan asumsi asalkan kita sudah menabung dan punya berbagai instrumen investasi, kita menganggap sudah cukup. Padahal untuk menentukan kategori tersebut dibutuhkan indikator sebagai parameter secara kuantitatif. Sebagai contoh, Mas Karyo yang saat ini berusia 35 tahun bekerja sebagai salah satu karyawan sebuah multifinance di Jakarta dengan pendapatan tahunan sebesar Rp70 juta. Saat ini nilai aset atau kekayaan bersih yang dimiliki sebesar Rp150 juta. Mas Karyo merasa sudah cukup bagus rasio efisiensi atas hasil pekerjaannya selama ini. Benarkah demikian?
Salah satu formula yang bisa digunakan dapat diambil dari buku karya Thomas J. Stanley dan William D. Danko  dengan judul  “The Millionare Next Door”  menyebutkan  “A persons’s expected wealth ougth to be 10% of your age multiplied by the annual household income”. Formula ini memberikan gambaran sebaiknya berapa aset yang kita miliki di suatu masa dengan penghasilan kita saat ini. Kembali kepada Mas Karyo tadi, dalam usia 35 tahun dan pendapatan tahunan saat ini sebesar Rp150 juta, maka sebaiknya Mas Karyo sudah bisa mengumpulkan asset sebesar : 35/10 x Rp70 juta = Rp245 juta. Di dalam buku tersebut dikatakan, bila dalam kenyataannya Mas Karyo memiliki aset Rp250 juta, maka Mas Karyo termasuk golongan PAW atau Prodigious Accumulator of Wealth. Sebaliknya, bila Mas Karyo ternyata hanya memiliki kekayaan bersih Rp150 juta, maka dia termasuk UAW atau Under-Accumulator of Wealth. Oleh karena itu, Mas Karyo harus melakukan evaluasi di titik manakah terjadi in efisiensi selama ini. Aset tersebut memperhitungkan aset yang likuid seperti tabungan dan deposito, instrumen investasi lain seperti saham dan reksadana maupun aset berujud lainnya seperti motor dengan memperhitungkan juga nilai bukunya. Bagaimana dengan kita? Selamat berhitung.

0 comments:

Post a Comment