Peluang Usaha

Empat Cara Mengatasi Ketidakberdayaan

on Saturday, October 30, 2010



Ketika diri kita mengalami ketidakberdayaan, betapa menyakitkannya. Namun sebagian besar di antara kita hanya bisa termangu dan menunggu tak berbuat apapun untuk bisa keluar dari rasa ketidakberdayaan tersebut. Tidakkah kita sayang terhadap waktu dan kesempatan yang diberikan oleh Allah atas hidup kita di dunia ini yang sangat singkat. Bahkan dalam terminologi orang Jawa diibaratkan bahwa hidup seperti halnya mampir ngomber (mampir minum ). Bagaimana kita bisa menyikapi dan keluar dari kondisi yang seperti ini.
Seperti  halnya yang dialami Agus, seorang karyawan salah satu perusahaan swasta di Semarang. Hari-harinya terasa menjemukan. Betapa tidak? Dia merasa bekerja pada  bagian yang bukan merupakan bidang dan keinginannya. Pekerjaan yang dilakukan seakan bagian dari rutinitas, karena yang dikerjakan ya itu-itu saja, tidak ada value added yang diperoleh. Ditambah kondisi lingkungan kerjanya yang tidak mengakomodasi kreativias dan inovasi. Agus merasa memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan dengan beban perkerjaan yang dihadapinya saat ini. Ketika mau berangkat ke kantor pagi hari, perasaan malas sudah mulai menghinggapi. Ketika sampai di kantor, melihat berkas yang menumpuk rasa malasnya makin bertambah. Dia hanya menunggu, kapan ya sore akan datang sehingga bisa lekas pulang. Belum lagi berpikir, mau keluar dari tempat kerja yang sekarang, susah juga karena khawatir betapa susahnya mencari pekerjaan untuk saat ini.
Apa yang dialami Agus cukup manusiawi. Namun sebagai manusia yang beragama tentu kita harus bisa mengatasinya. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan. Pertama, kita harus bersyukur kepada Allah SWT. Loh, memangnya apa hubungan ketidakberdayaan dengan bersyukur? Nah, dalam hal ini kita perlu bersyukur karena kita masih punya pekerjaan yang bisa digunakan untuk menafkahi keluarga, apapun pekerjaaannya yang penting halal. Coba bayangkan banyak saudara-saudara kita yang menganggur, pagi-pagi sekali saudara-saudara kita yang jadi pemulung sudah berusaha mencari rezeki di kala kita masih belum sepenuhnya tersadar dari tidur kita. Atau bahkan pak tani yang segera bersiap meluncur ke sawah sebelum matahari terbit. Di samping itu, dengan bersyukur Insya Allah rezeki makin bertambah. Seperti yang difirmankan oleh Allah,”Apabila kamu bersyukur maka Kami akan tambahkan nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, sungguh azab-Ku sangat pedih.
Hal kedua yang bisa kita lakukan yakni mencari tahu penyebab ketidakberdayaan tersebut. Apakah memang pekerjaan rutin yang membosankan? Apakah lingkungan dan budaya kerja di kantor yang kurang kondusif? Dalam situasi ini yang dapat kita lakukan hanya merubah faktor internal diri kita. Sementara faktor eksternal adalah faktor x yang menjadi variabel uncontrol. Cobalah, kita nikmati pekerjaan kita dengan cara melakukan proses yang berbeda. tak perlu takut dengan rekan kerja kita hanya karena cara kita berbeda. Yang penting outputnya bagus dan proses tetap dilakukan secara benar. Pagi hari ketika sampai di kantor, kita buat ceklist terkait dengan target apa yang akan kita selesaikan pada hari tersebut. Sore hari ketika mau pulang, evaluasi berapa persen target yang tercapai. Buat daftar pendingan untuk hari berikutnya. Jangan lupa untuk menambah satu pengetahuan baru terkait dengan pekerjaan kita.
Ketiga, kembangkan terus hobi kita sehingga kita tidak hanya terfokus pada pekerjaan. Syukur-syukur hobi bisa dimanfaatkan untuk menambah penghasilan secara ekonomis. Kalau pun tidak, ya gak masalah. Keempat, jangan segan-segan untuk membuat keputusan besar dalam hidup setelah melakukan analisis yang cukup mendalam. Kalau memang di tempat kerja sudah tidak ada harapan untuk lebih baik, segera pertimbangkan untuk keluar dari tempat tersebut. Namun sebelumnya kita harus sudah siap dengan langkah berikutnya yang akan ditempuh. Misalnya ada tawaran dari tenpat kerja lain atau bahkan memtuskan untuk mandiri menjadi wirausaha. Bukan pilihan yang salah, asalkan sudah kita putuskan dengan matang. Dengan demikian, maka waktu kita tidak akan habis hanya untuk menggerutu dan menyesalai nasib. Seperti yang dikatakan oleh Bunda Theresa, jangan hanya menggerutui kegelapan, tapi cobalah untuk menyalakan lilin. Mudah-mudahan bermanfaat.

0 comments:

Post a Comment