Peluang Usaha

Tentukan Naskah Kehidupan Kita

on Thursday, October 14, 2010


Beranjak dari Hadits Nabi Muhammad SAW “ kerjakanlah untuk duniamu seakan kamu akan hidup selamanya dan kerjakanlah untuk akhiratmu seakan kamu akan mati esok” maka kita memandang kehidupan ini dengan lebih sempurna. Banyak di antara kita yang memberikan makna bahwa dunia dan akhirat adalah dua kehidupan yang berbeda, atau bahkan malah tidak percaya dengan kehidupan akhirat. Di titik inilah kita harus berani mengejawantahkan bahwa dunia dan akhirat saling terkait.

Perjalanan kehidupan manusia dimulai dengan ditiupkannya roh ke dalam bayi yang berada dalam kandungan. Pada saat bayi dilahirkan, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa setiap anak yang lahir dalam keadaan suci. Dalam teori psikologi dikatakan sebagai tabularasa, yakni kertas putih yang siap untuk diberi gambar dan warna oleh orang tua. Namun perlu diingat, bahwa warna dan gambar tersebut hanya sebagai dasar-dasar pembentukan kejiwaan di awal perkembangan kehidupan yang tentunya menjadi bekal buat dirinya dalam meniti kehidupannya kelak. Berikutnya, si anak itu sendirilah yang akan membentuk wujud dan masa depannya.
Segala sesuatu yang menyangkut diri kita sudah ditentukan oleh Allah sebagaimana yang termaktub dalam lauh mahfuz. Qodha dan Qadar merupakan hak prerogatif dari Allah. Namun dalam kaitan ini, Allah masih memberikan keleluasaan untuk melakukan ikhtiar terhadap hidup kita. Kesalahan kita, kadang kita memaknai hidup seperti air mengalir apa adanya karena semuanya sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Kepasrahan seperti inilah yang menjadikan kita lemah. Kepasrahan haruslah mencul setelah segala daya upaya kita lakukan (tawakkal).
Di sisi lain, kadang kita menyerahkan kehidupan kita kepada orang lain. Mengapa demikian? Tak lain karena kita tidak punya skenario dan naskah atas kehidupan atas ini. Akhirnya, orang lainlah yang membuatkan naskah untuk kita. Kita sekedar menjadi pemerannya. Benar dalam konteks luas bahwa kita menjalankan peran yang telah diberikan oleh Allah. Namun demikian, perlu diingat sebagaimana disampaikan di awal bahwa di sana masih ada ruang untuk berkreasi yang merupakan bagian dari ikhtiar. Kondisi makin parah tatkala kita sendiri merasa tidak dibuatkan naskah oleh orang lain, namun senyatanya kita hidup dalam bayang-bayang dan genggamannya. Seakan tidak ada ruang gerak. Masalah ini bisa muncul karena kita tidak tahu dan tidak mau tahu.
Perlunya naskah kehidupan dapat dipandang dalam beberapa hal. Pertama, naskah kehidupan menunjukkan tujuan yang jelas atas kehidupan, baik dunia maupun akhirat. Tanpa tujuan yang jelas, ibarat sebuah perjalanan kita tidak tahu arah yang dituju dan akhirnya kita hanya sampai ke titik yang tidak jelas atau bahkan malah hanya berada di titik semula diam tak bergerak. Selain itu, dengan tujuan yang jelas, kita akan fokus. Menyambung analogi perjalanan tadi, maka ketika arah yang dituju sudah jelas maka ketika ada titik-titik persimpangan jalan, kita sudah bisa menentukan jalan mana yang harus dipilih dan dilalui. Kedua, naskah kehidupan yang jelas, akan membantu kita untuk membuat strategi yang jelas pula untuk mencapainya. Strategi untuk tiap orang berbeda walaupun tujuan sama. Dalam hal inilah, keunikan tiap individu turut berperan menyesuaikan dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Ketiga, naskah kehidupan menunjukkan eksistensi atas kemanusiaan kita sehingga orang lain tidak seenaknya “mendikte dan membuatkan naskah”. Keempat, naskah kehidupan sebagai tanda syukur kepada Allah agar kehidupan kita menjadi lebih bermakna sebagai khalifah di muka bumi ini. Minimal makna buat diri dan keluarga kita. Harapannya tentu bisa bermanfaat kepada  masyarakat, sehingga tidak menjadi sampah  masyarakat.
Untuk itulah, selagi umur masih muda, bersyukurlah bila sudah memiliki naskah atas kehidupan kita. Bila belum, saatnya kita buat naskah tersebut dengan semangat untuk hidup dunia dan akhirat. Semangat ini sebagai penjabaran bahwa kita harus berusaha lebih baik seakan kita akan hidup selamanya, namun di sisi lain kita ingat dengan akhirat karena kita tidak tahu sampai kapan kita ada di muka bumi ini. Untuk itulah, modal yang bisa kita lakukan dengan menanam benih-benih kebajikan. Bahkan andai besok kita tahu besok kiamat akan datang, kita masih tetap diminta untuk menanam benih. Masa lalu yang kelam bukanlah halangan untuk kita tenggelam, namun kita jadikan semangat untuk lebih memperbaiki diri dengan mengambil hikmah.

0 comments:

Post a Comment